Friday 14 November 2014

Sistem Monitoring Kereta Commuter Line Secara Real Time

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia teknologi  informasi dan transportrasi saat ini  menjadikan manusia modern memiliki  mobilitas yang sangat tinggi. Dan dalam perkembangan berikutnya diperlukan suatu sistem yang lebih effisien dari  pengembangan sistem ataupun teknologi  yang telah ditemukan. Efisiensi dan perbaikan dari suatu sistem yang telah ada, akan memperbaiki  tingkat produktifitas manusia baik dari sisi pembuat maunpun pengguna. Dalam makalah ini, hal yang kami bahas dalam peningkatan effisiensi dalam mobilitas  adalah, bagaimana menciptakan suatu kemudaahan informasi dalam pelayanan  transportrasi.

Secara umum transportasi ada 3 jenis,  darat, laut dan udara. Dan dalam makalah ini kami batasi sarana transportrasi yang  dimaksud adalah transportrasi darat yaitu kereta api. Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan  dengan kendaraan lainnya, yang akan  ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang  berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau  gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan  lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong  tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya  sebagai angkutan massal efektif, beberapa  negara berusaha memanfaatkannya secara  maksimal sebagai alat transportasi utama 2 angkutan darat baik di dalam kota,  antarkota, maupun antarnegara.


                 Di Indonesia, kereta api merupakan salah satu alat transportasi publik yang sampai saat ini masih sangat digemari  masyarakat umum terutama menengah ke  bawah, tapi akhir-akhir ini pemberitahuan informasi mengenai posisi kereta api kurang efektif dan kurang efisien. Yang dapat membuat masyarakat bingung akan kedatangan kereta yang akan dinaikinya. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah  sistem pemantau kereta untuk memudahkan dalam informasi keberadaan kereta api. Dalam perkembangan teknologi  informasi tracking posisi sebenarnya telah diimplementasikan dalam teknologi GPS,  tapi untuk saat ini teknologi GPS hanya  digunakan untuk kalangan tertentu yang  memiliki kepentingan besar dan dana yang  mencukupi untuk bisa merasakan manfaat  GPS secara langsung.

1.2. Tujuan

Memudahkahkan pengguna untuk mengetahui keberadaan posisi kereta api yang sedang beroperasi dan juga sebagai informasi peringatan jika kereta api mengalami gangguan dalam perjalanannya.

1.3  Metode Penelitian

Adapun metode penelitian disini adalah :
1.      Identifikasi
Tahapan pertama dari pembuatan aplikasi ini yaitu mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan dan berkaitan dengan materi yang di bahas, diantaranya :
a.      Bahasa Pemrograman HTML
b.      Jquery, CSS dan JavaScript
c.       Peta, berkaitan dengan bentuk, navigasi peta dan Peta Google (Google Maps)

2.      Analisa
Pada tahapan ini berupa proses analisa kebutuhan, yaitu merencanakan bagaimana aplikasi ini akan dibuat, perangkat lunak dan perangkat keras apa saja yang dibutuhkan untuk dapat membuat aplikasi layanan berbasis lokasi ini.

Perangkat yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi ini sebagai berikut :

-          Perangkat keras yang digunakan adalah satu unit notebook dengan spesifikasi :
a.    Processor Dual Core(TM) CPU M380 2.53GHz
b.   RAM 512 MB
c.    HDD 500 GB

-          Perangkat lunak yang digunakan yaitu:
a.    Windows 7 Home Premium 32-bit
b.   Adobe Dreamweaver CS6
c.    Google Chrome
d.   Microsoft Office 2007

3.      Perancangan
Tahap ini meliputi perancangan aplikasi yang akan dibuat sebagai bahan acuan untuk memberikan informasi kepada pengguna.

4.      Implementasi
Pada tahap implementasi dilakukan pembuatan aplikasi secara keseluruhan, meliputi proses pengetikan kode program(coding) kemudian melakukan proses uji coba aplikasi pada handphone smartphone, apakah sudah benar-benar dapat dioperasikan sebagaimana fungsinya.


BAB II

LANDASAN  TEORI

2.1       Definisi telematika

Telematika berasal dari istilah dalam bahasa Perancis “TELEMATIQUE” yang berarti bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Yang pertama kali memperkenalkan kata ini adalah penulis buku berjudul “L’informatisation de la Societe” yaitu Simon Nora dan Alain Minc pada tahun 1978. Istilah telematika dari segi hukum adalah perkembangan sistem elektronik berbasis digital antara teknologi informasi dan media yang awalnya masing – masing berkembang secara terpisah.

Telematika terintegrasi dari kata Telekomunikasi dan Informatika, Telematika juga dikenal dengan istilah ICT (Information and Communications Technology), atau yang kita kenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi. ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan, dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi. Secara umum istilah Telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi / Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (Mobile Communication Technology). Istilah Telematika juga dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (Road Vehicles dan Vehicle Telematics).

2.2       Sejarah PT. KAI

PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT KAI) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api Indonesia meliputi angkutan penumpang dan barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi UU No. 13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 2008PT Kereta Api Indonesia melakukan pemisahan Divisi Jabodetabek menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan sekitarnya. selama tahun 2008 jumlah penumpang melebihi 197 juta.  Pemberlakuan UU Perkeretaapian No. 23/2007 secara hukum mengakhiri monopoli PT Kereta Api Indonesia dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia.  Pada tanggal 28 September 2011, bertepatan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-66, KAI meluncurkan logo baru.

2.2.1    Komuter

Komuter adalah kereta api yang beroperasi dalam jarak dekat, menghubungkan kota besar dengan kota-kota kecil di sekitarnya atau dua kota yang berdekatan. Penumpang kereta ini kebanyakan adalah para penglaju bermobilitas tinggi yang pergi-pulang dalam sehari, misalnya ke tempat kerja atau sekolah. Tidak mengherankan apabila frekuensi perjalanan komuter termasuk tinggi dan jumlah penumpangnya juga paling banyak dibanding kereta jenis lainnya.

Di Indonesia, jaringan komuter masih menjadi satu dengan kereta api jarak jauh, bahkan kebanyakan rangkaian kereta apinya juga diambil dari bekas kereta api jarak jauh. Walaupun demikian, pemerintah saat ini sedang mempersiapkan pembangunan jaringan kereta api komuter yang lebih canggih, seperti monorel, kereta bawah tanah, maupun Mass Rapid Transit (MRT) yang rencananya akan dibangun di Jakarta dan Surabaya.

Komuter umumnya dilayani oleh rangkaian kereta api ekonomi, tetapi beberapa sudah ada yang dilayani oleh kereta kelas bisnis bahkan kelas eksekutif, seperti kereta api Pakuan jurusan Jakarta- Bogor. Jalur-jalur kereta komuter yang ada diIndonesia antara lain:

KRL Jabodetabek/Commuter Line, merupakan jalur komuter tertua di Indonesia yang melingkupi daerah Jakarta Raya, melayani para penglaju dari Jakarta ke Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, termasuk jalur cabang ke Serpong dan Maja.

2.3       GPS

Global Positioning System (GPS)) adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikroke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.

Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS). Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun, termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.

GPS Tracker  atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital.

2.3.1    Akurasi alat navigasi GPS

Akurasi atau ketepatan perlu mendapat perhatian bagi penentuan koordinat sebuah titik/lokasi. Koordinat posisi ini akan selalu mempunyai 'faktor kesalahan', yang lebih dikenal dengan 'tingkat akurasi'. Misalnya, alat tersebut menunjukkan sebuah titik koordinat dengan akurasi 3 meter, artinya posisi sebenarnya bisa berada dimana saja dalam radius 3 meter dari titik koordinat (lokasi) tersebut. Makin kecil angka akurasi (artinya akurasi makin tinggi), maka posisi alat akan menjadi semakin tepat. Harga alat juga akan meningkat seiring dengan kenaikan tingkat akurasi yang bisa dicapainya.

Pada pemakaian sehari-hari, tingkat akurasi ini lebih sering dipengaruhi oleh faktor sekeliling yang mengurangi kekuatan sinyal satelit. Karena sinyal satelit tidak dapat menembus benda padat dengan baik, maka ketika menggunakan alat, penting sekali untuk memperhatikan luas langit yang dapat dilihat. Ketika alat berada disebuah lembah yang dalam (misal, akurasi 15 meter), maka tingkat akurasinya akan jauh lebih rendah daripada di padang rumput (misal, akurasi 3 meter). Di padang rumput atau puncak gunung, jumlah satelit yang dapat dijangkau oleh alat akan jauh lebih banyak daripada dari sebuah lembah gunung. Jadi, jangan berharap dapat menggunakan alat navigasi ini di dalam sebuah gua. Karena alat navigasi ini bergantung penuh pada satelit, maka sinyal satelit menjadi sangat penting. Alat navigasi berbasis satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada gangguan pada sinyal satelit. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal satelit:

Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih dapat melihat langit                    yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi,
-  Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat diterima,
-  Air. Jangan berharap dapat menggunakan yang mengandung metal,
-  Kaca fil mobil, terutama yang mengandung metal,
-  Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik,
-  Gedung-gedung. Tidak hanya ketika di dalam gedung, berada diantara 2 buah gedung tinggi                 juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam lembah,
-  Sinyal yang memantul, misal bila berada diantara geung-gedung tinggi, dapat mengacaukan                perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat menunjukkan posisi yang salah atau                   tidak akurat.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1       Analisis

Transportasi kereta merupakan salah satu angkutan masal yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat. Terutama untuk daerah Jakarta dan Bogor, karena kebanyakan dari mereka yang bertempat tinggal di daerah tersebut  melakukan suatu aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah, dan lain-lain. Maka dari itu dibutuhkan suatu pengembangan pada pelayanan perjalanan Commuter Line supaya tidak terjadi sesuatu yang mengakibatkan penumpang merasa tidak nyaman dengan jadwal perjalanan kereta yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Mengingat memasuki akhir tahun 2014 PT. KAI akan menambah gerbong Kereta Commuter Line untuk mendongkrak pertumbuhan penumpang secara bertahap dengan target mencapai sekitar 1 – 4 juta penumpang per hari. Diharapkan akan membantu mobilitas masyarakat dengan mudah. Dan mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi yang akan masuk ke daerah Ibu Kota.

Permasalahan yang terjadi pada Kereta Commuter Line adalah tidak hanya pada keterlembatan perjalanan, pemberhentian layanan kereta secara mendadak karena adanya gangguan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor alam dan faktor manusia. Melainkan juga pada penumpang hanya mengetahui posisi kereta yang akan dinaiki melalui pengeras suara yang diumumkan oleh pihak stasiun dan tidak bisa melihat keberadaan kereta secara pasti melalui peta atau maps dengan memanfaatkan sistem GPS (Global Positioning System) yang ditampilkan pada layar TV Flat berukuran besar. Sistem keberadaan posisi kereta pada saat melakukan perjalanan sebernarnya sudah diterapkan pada Kereta Api yang melayani rute jarak jauh antar kota antar provinsi di seluruh Pulau Jawa. Tetapi hanya menampilkan keberadaan kereta dengan format tabel yang terdiri dari beberapa field yang diatur secara real time.

Mengenai sistem yang sudah diterapkan tersebut akan dibahas lebih lengkap pada sub bab gambaran umum sistem sekarang. Kemudian mengenai gambaran umum sistem yang akan dibuat akan dibahas secara lengkap pada sub bab yang telah ditentukan.

3.2       Gambaran Umum Sistem Sekarang

Pada sistem yang sudah ada sekarang, sistem yang digunakan hanya pada perjalanan kereta rute jarak jauh. Rute yang digunakan adalah perjalanan kereta antar kota antar provinsi yang tersebar di seluruh Pulau Jawa. Sistem yang diterapkan pada perjalanan tersebut adalah memonitor perjalan kereta api melalui layar yang sudah terpasang pada setiap stasiun kereta yang melayani rute jarak jauh. Jadi pada layar tersebut hanya menampilkan tabel yang terdiri dari beberapa field yang berhubungan dengan perjalan kereta api. Pada field tersebut terdiri dari nama kereta, waktu keberangkatan, waktu kedatangan, tujuan dari kereta tersebut dan juga memberikan informasi mengenai keberaaan lokasi kereta sebelum sampai ke tempat tujuan secara real time. Tetapi mengenai sistem tersebut lebih ditekanakan kepada pengguna atau user yang akan menjemput penumpang kereta yang akan sampai pada stasiun tersebut. Dan tidak mengetahui keberadaan kereta secara pasti melalui tampilan peta atau maps yang terhubung dengan GPS (Global Positioning System).

3.3       Gambaran Umum Sistem yang Akan Dibuat

Mengenai sistem yang akan dibuat tetap menggunakan layanan kereta sebagai acuan yang akan diterapkan pada sistem yang akan diperbarui. Tetapi kereta yang digunakan bukan rute dengan perjalanan jarak jauh melainkan akan diterapkan pada perjalanan kereta listrik yang melayani rute perjalanan Jakarta-Bogor. Jadi pada sistem ini akan ada pembaruan dibagian monitor atau interface. Pada bagian monitor yang akan diterapkan pada sistem yang baru akan ada suatu perubahan dengan menampilkan peta, jalur kereta listrik Jakarta-Bogor (Commuter Line), keberadaan posisi kereta secara real time, menampilkan marker dengan warna yang dibedakan berdasarkan jurusan atau rute perjalanan, dan menampilkan informasi yang berhubungan dengan perjalanan atau layanan pada kereta Commuter Line. Informasi yang dimaksud adalah mengenai sistem gangguan atau keterlambatan pada perjalanan kereta, dan sebagainya. Diharapkan dengan adanya pembaruan tersebut maka seluruh penumpang yang akan memakai layanan trasnpotasi publik masal ini akan mengetahui segala tentang informasi mengenai kereta Commuter Line yang ditampilakn pada TV Flat berukuran besar yang diharapkan akan terpasang pada setiap stasiun yang terintegrasi dengan jalur kereta Commuter Line.

3.4 Perancangan Sistem


Rancagan tampilan pada layar untuk jurusan Bogor



Rancagan tampilan pada layar untuk jurusan Kota/Jatinegara

Pada dua gambar diatas menjelaskan pada layar terdapat Peta yang bekerja secara real time, sehingga kita mengetahui keberadaan posisi kereta. Selanjutnya terdapat jurusan yang akan dituju oleh pengguna, terdapat juga informasi keberadaan posisi kereta dan delay time yang berfungsi untuk memberitahukan kepada pengguna kereta api jika terjadi keterlambatan kedatangan kereta api.

3.4.1 Metodologi yang digunakan

Keuntungan yang akan didapat dari hasil riset ini adalah sistem perjalanan kereta api yang didukung oleh teknologi sehingga lebih aman dan mudah dikontrol. Bila dibandingkan dengan sistem yang ada sekarang, sistem yang akan dihasilkan oleh riset nanti diharapkan akan dapat mendukung program road map to zero accident yang di galakan oleh kementerian perhubungan, terutama pada direktorat jenderal perkeretaapiannya. Ruang lingkup riset yang akan dilakukan meliputi GPS pada Sarana Kereta api, sensor pada persinyalan di stasiun, perancangan database dan visualisasi database pada layar monitor. Untuk mencapai luaran yang diinginkan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti terlihat pada Gambar 2.



 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan

Kesimpulan dari sistem ini adalah diharapkan dapat memperbarui sistem Commuter Line yang sudah berjalan selama beberapa tahun. Mengingat semakin meningkat keinginan masyarakat untuk menggunakan model trasnspotasi masal ini. Maka harus dibarengi dengan sistem yang membutuhkan pembaruan dalam berbagai sektor yang berhubungan dengan sistem kereta Commuter Line. Kemudian dapat memberikan informasi mengenai pelayanan yang akan diperbarui oleh PT. KAI supaya tidak terjadi kesalahpahaman atau miss komunikasi antara PT. KAI dengan pihak penumpang. Karena bila terjadi kebijakan baru biasanya penumpang tidak mengetahui dan juga lebih mempermudah dalam mensosialisasikan kebijakan baru yang akan diterapkan di kemudian hari. Setelah itu penumpang dapat mengetahui keberadaan kereta secara real time melalui TV Flat berukuran besar yang diharapkan dapat dipasang pada setiap stasiun yang terintegrasi dengan jalur Kereta Commuter Line Jakarta-Bogor

4.2       Saran 

Saran dari sistem ini adalah jika sistem ini berhasil pada jalur Kereta Commuter Line, diharapkan dapat dikembangkan pada jalur Kereta yang tersebar di seluruh Indonesia. Mungkin kebijakan sistem Kereta Commuter Line yang baru ini lebih baik diterapkan pada Kereta Api yang melayani rute jarak jauh dengan Pulau Jawa sebagai rencana selanjutnya. Karena hampir di seluruh kota-kota di Pulau Jawa sudah terhubung dengan akses jalur Kereta Api. Kecuali kota-kota di Pulau Jawa yang berada di jalur tengah. Jadi pada sistem Kereta Api dengan rute jarak jauh akan mengalami pembaruan pada sektor sistem monitoring kereta jarak jauh secara real time.

DAFTAR PUSTAKA


ALAMAT BLOG KELOMPOK :

    Andrew Hotmando         ( http://andewmgc.blogspot.com/  )
    Bashori Ahmad              (http://bashoriahmad60.blogspot.com/ )   
  Diah Hidayanti               ( http://dhidayanti.blogspot.com/     )
  Raden Bimo Satrio         ( http://bimotakun.blogspot.com/ )
  Syifa Fauziah                 ( http://cipacil.blogspot.com/  )