Wednesday 3 July 2013

BUDAYA ORGANISASI

BUDAYA ORGANISASI
      
1. PENGERTIAN DAN FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

A.    Pengertian Budaya Organisasi
Kata budaya pertama kali muncul pada tahun 1871. Kata ini dikemukakan oleh Edward B. Taylor yang merupakan seorang antropologis. Menurut Tylor (1871) seperti dikutip oleh Brown (1998), budaya adalah “ that complex whole which includes knowladge, beliefs, art, morals, law, custom, and any other copabilities and habits acquired by man as a member of society”. Terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut : terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut : “ sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan kapabilitas serta kebiasaan yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu”. Definisi ini lalu berkembang lebih lanjut dalam ilmu sosiologi. Bahkan ilmu sosiologilah yang kemudian secara luas menggunakan kata ini untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam sebuah kelompok masyarakat atau komunitas tertentu.

Dalam ilmu sosiologi, buadaya diterjemahkan sebagai kumpulan simbol, mitos, dan ritual yang penting dalam memahami sebuah realitas sosial. Pendekatan yang digunakan oleh ilmu sosiologi lebih kepada sikap sekelompok masyarakat atau komunitas tertentu dalam menghadapi dan menyikapi beragam fenomena yang terjadi disekitarnya.

Perkembangan selanjtunya dari konsep buadaya ini diteruskan oleh banyak pakar organisasi. Sehingga akhirnya klata budaya menjadi bagian yang erat dengan beragam aspek pengembangan organisasi. Saat inilah kita mengenal istilah budaya organisasi. Buadaya dalam organisasi secara sederhana didefinisikan sebagai nilai-nilai yang dianut serta cara bertindak organisasi berikut para anggotanya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pihak luar.

B.     Fungsi Budaya Organisasi

Peringkat Organisasi (Organization Binder)

Budaya organisasi berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen organisasi terutama pada saat organisasi menghadapi goncangan baik dari dalam ataupun dari luar akibat adanya perubahan. Organisasi yang mempunyai budaya yang kuat akan mampu bertahan dan keluar dari badai yang menghantam karena mampu memanfaatkan budaya sebagai penguat bagi organisasi untuk menghadapi beragam hambatan yang menghalang.


Integrator

Budaya organisasi merupakan alat untuk menyatukan beragam sifat dan karakter serta bakat dan kemampuna yang beragam yang ada dalam organisasi.

Identitas Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu dari identitas organisasi tersebut. Sebagai contoh The Jakarta Consulting Group sendiri. Logo dari The Jakarta Consulting Group adalah orang yang memanah yang melambangkan kecepatan dan ketepatan (speed and accuracy). Ini berarti, The Jakarta Consulting Group memiliki identitas organisasi yang mengutamakan kecepatan dan ketepatan.

Energi untuk Mencapai Kinerja yang Tinggi

Budaya organisasi juga berfungsi sebagai suntikan energi untuk mencapai kinerja yang tinggi. Salah satu kredo yang The Jakarta Consulting Group pegang adalah bekerja dalam tim. Hal ini kami percayai sebagai suntikan energi untuk menghasilkan hasil (output) yang cepet dan kualitasnya terjaga. Sebab bakat dan kemampuan setiap orang berbeda. Jika hal ini disatukan dan dipertemukan satu sama lain makan akan menghasilkan output yang laur biasa.

Ciri Kualitas (Sign of Quality)

Budaya organisasi merupakan representasi dari ciri kualitas yang berlaku dalam organisasi tersebut. Kita ambil contoh dengan budaya yang bekerja di The Jakarta Consulting Group sendiri. Telah disebutkan diatas bahwa budaya organisasi yang bekerja di The Jakarta Consulting Group adalah kecepatan dan ketepatan. Di bawah payung budaya organisasi yang seperti ini, maka setiap kegiatan di The Jakarta Consulting Group dilakukan secara cepat dan tepat, dalam artian hasilnya cepat terlihat dan kualitasnya terjaga baik.

Motivator

Budaya organisasi juga merupakan pemberi semangat bagi para anggota organisasi. Budaya yang kuat akan menjadi motivator yang kuat bagi para anggota organisasinya. Misalnya saja McDonalds. Budaya yang dipegang oleh para anggota organisasi McDonalds adalah mutu dan bersih. Hal inilah yang memotivasi para anggota organisasinya untuk selalu mengedepankan mutu dan kebersihan restorannya. Tercermin dari penerapan sistem saji 60 detik dan penjagaan kebersihan restoran dengan membersihkan kaca setiap hari dan mengepel lantai dalam jangka waktu tertentu.

Pedoman dan Gaya Hidup

Budaya organisasi yang telah mengakar kuat, dapat menjadi pendoman gaya kepemimpinan yang sesuai untuk kondisi organisasi yang bersangkutan. Acap kali sebuah perusahaan baik itu yang disengaja ataupun tidak membawa sebuah pandangan baru tentang kepemimpinan. Pemimpin dikatakan berhasil apabila mampu membawa anggota organisasi keluar dari polemik krisis akibat perubahan yang terjadi.

Value Enhancer

Salah satu fungsi organisasi adalah untuk meningkatkan nilai dari para stakeholdernya. Ini berarti, peningkatan nilai baik untuk para anggota organisasi juga bagi para pelanggan, pemasok, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan organisasi tersebut. Budaya organisasi yang kuat dan meresap kuat dalam setiap benak anggota organisasi akan menjadi salah satu faktor yang mampu meningkatkan nilai bagi para anggota, pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi tersebut.

2. TIPOLOGI BUDAYA ORGANISASI

Secara umum budaya organisasi terpilah menjadi dua kutub besar : budaya entrepreneur dan budaya administratif. Pemahaman dua klasifikasi dasar budaya organisasi ini akan menuntun ke arah pemahaman budaya organisasi secara lebih baik.

Perusahaan yang memiliki jenis budaya entrepreneur dalam setiap aktivitasnya selalu memfokuskan pada peluang-peluang baru. Hal ini tercermin dalam jiwa kewiraswastaan yang selalu menganggap bahwa dengan menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang baru tersebut perusahaan akan selalu survive dan terdorong untuk selalu berusaha mencapai sasaran yang berbeda-beda dari satu period eke periode berikutnya. Karenanya kegiatan operasional yang terjadi dalam perusahaan sangat dinamis dan membutuhkan sumber daya manusia yang cepat dalam mengantisipasi perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Perusahaan akan berusaha memenuhi sarana yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan dalam upaya meraih kesuksesan dari peluang baru itu. Dibutuhkan kompabilitas struktur organisasi dengan budaya agar dapat memperoleh peluang-peluang baru dan mempertahankan peluang yang sudah ada.

Perusahaan yang memiliki budaya administratif bertolak belakang dari budaya entrepreneur, aktifitas yang dilakukan lebih memfokuskan pada peluang-peluang yang sudah ada. Budaya administratif ini memandang bahwa peluang yang diperoleh harus terus dipertahankan, karena investasi yang ditanamkan sangat besar. Konsekuensi logisnya perusahaan membutuhakan prosedur pengendalian yang cukup kerar untuk mempertahankan peluang yang sudah diperoleh ini. Dinamika budaya administratif tidak sedinamis budaya entrepreneur. Struktur organisasi juga dengan diseseuaikan aktivitas usaha perusahaan yang menganut budaya administratif ini.

Tipologi yang lain dikemukakan oleh Deal & Kennedy yang memilah budaya organisasi ke dalam empat kategori budaya berdasarkan dua faktor utama, yaitu :

Ø  Derajat resiko dalam kegiatan bisnis
Ø  Kecepatan perusahaan atau manajemen dalam mendapatkan umpan balik atas keputusan atau strategi. 

Keempat kategori budaya tersebut adalah :
Ø  The Tough-guy, Macho Culture
Ø  The Work Hard Culture
Ø  The Bet-Your Company Culture
Ø  The Process Culture  

Masing-masing kategori budaya tersebut akan dijabarkan menurut beberapa unsur penting 
yang ada seperti :
Ø  Derajat resiko dalam kegiatan usaha
Ø  Tipe umpan balij yang diperoleh dari setiap keputusan
Ø  Tipe perusahaan yang menggunakan budaya tersebut
Ø  Perilaku yang ditunjukkan oleh tokoh panutan dalan budaya tersebut
Ø  Kekuatan sumber daya manusia
Ø  Kelemahan sumber daya manusia
Ø  Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh panutan


SUMBER :

 A.B. Susanto, F.X. Sujanto, Himawan Wijanarko, Patricia Susanto, Suwahjuhadi Mertosono, Wagiono Ismangil, Corporate Culture & Organization Culture, The Jakarta Consulting Group, Jakarta, Januari 2008.