Friday 3 May 2013

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI




PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
      
      1. Definisi Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Pengambilan keputusan dalam organisasi adalah suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu keputusan atau desisi pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah pribadi pula, namun dalam organisasi harus melihat sautu kondisi secara kelompok untuk mengambil keputusan yang dianggap paling benar dan disetujui oleh semua pihak yang berada dalam organisasi.

Dalam organisasi yang masih sederhana, atau memang sederhana sifatnya, masalah-masalah utama yang dihadapi adalah masalah strategis (masalah survival, siasat suapaya tidak terjepit oleh organisasi-organisasi lain) dan langsung masalah organisasional atau masalah kerja. Dengan perkataan lain, pimpinan organisasi sederhana yang masih kecil terutama menghadapi masalah survival dan masalah kerja dalam pengambilan keputusan.

2. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan dalam Organisasi  

A.   Pengambilan Keputusan Secara Sederhana

Dalam pengambilan keputusan, sesuai dengan luas serta atau besarnya organisasi, wilayah, dan masalah, harus kita kembangkan metode dan tekniknya yang semakin setepat-tepatnya, agar supaya kita tidak hanya dapat mengambil keputusan yang tepat atau memuaskan pula isinya, melainkan juga dengan lancar dan cepat.

Antara Metode dan Teknik tidak selalu terdapat perbedaan yang jelas, akan tetapi secara prinsip dapatlah dikemukakan sebagai berikut :

Metode adalah suatu jalan mendekati sesuatu, suatu “bentuk” (mode, manner, wijze, vorm van handelen) melakukan atau mengerjakan atau menyelanggarakan sesuatu, suatu cara mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan, diperhitungkan sebelumnya, yang sistematis, artinya yang kita pikirkan secara logis, rasionalis, dan di dalam rangka hubungan yang besar.

Sedangkan Teknik adalah suatu cara meng”handle” detil-detil teknis daripada sesuatu, atau cara menggarap dan mempergunakan data teknis daripada sesuatu barang atau pekerjaan.

B.    Pengambilan Keputusan Secara Konvensional Kompleks

Teknik pengambilan keputusan yang dapat dipergunakan oleh Decision Maker pada sebuah organisasi berbeda-beda, baik menurut kepribadian orangnya maupun berbeda menurut materinya, masalahnya, kondisinya, dan situasinya. Yang paling sederhana, dan seringkali paling jitu di dalam menghadapi masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai sosial, perikehidupan masyarakat, faktor-faktor psikologis, dan sebagainya adalah :


  •  Penggunaan Teknik pengambilan keputusan berdasarkan intuisi atau firasat atau feeling pada sebuah organisasi. Kelemahan daripada teknik tersebut adalah, bahwa persiapannya memerlukan waktu bertahun-tahun. 
  • Pengambilan desisi berdasarkan “penilaian dan analisa fakta-fakta”, untuk dapat menilai fakta-fakta dengan baik diperlukan banyak pengalaman hidup dan kematangan jiwa,

  •  Pengambilan keputusan berdasarkan “pengalaman organisasi pada anggota yang besangkutan” dan,

  • Pengambilan keputusan berdasarkan “pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, nasihat-nasihat, atau saran-saran orang-orang terkemuka atau berwenang dalam bidang itu”.

  
      3. Faktor Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Faktor terpenting pada pengambilan keputusan dalam organisasi adalah faktor manusia, baik sebagai Pemimpin, Staffer, Pelaksana, maupun Pemakai hasil (langganan dan sebagainya). Masalahnya adalah, bahwa di dalam kehidupan masyarakat dan organisasi modern diperlukan orang-orang yang sudah sivil, artinya yang sudah mampu menentukan sendiri apa yang harus diperbuat di dalam rangka kewajiban yang dia punyai  di dalam suatu organisasi.

Faktor pengambilan keputusan dalam organisasi juga tergantung dari :



  •  Posisi orang yang berwenang, berwajib, dan atau bertanggung jawab untuk mengambil desisi,
  • Problema atau masalah yang dihadapi dan harus ditangani atau dipecahkan,
  • Situasi di mana si pengambil desisi dan probelam itu berada,
  • Kondisi daripada si pengambil desisi, kekuatan dan kemampuannya untuk menghadapi problema tersebut,
  • Tujuan yang harus dicapai dengan pengambilan keputusan tersebut 

       DAFTAR PUSTAKA : 

PROF. DR. MR. S. PRAJUDI, ATMOSUDIRDJO, 1971, BEBERAPA PANDANGAN UMUMT TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN, GHALIA INDONESIA, JAKARTA. 


 
  
 

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI



KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
      
       1. Definisi Komunikasi dalam Organisasi 

Telah diutarakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari suatu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling perngertian. Jadi, yang dimaksud dengan komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampain informasi,  ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal –balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern di dalam organisasi. Akan tetapi perlu diketahui bahwa dalam praktek, kegiatan komunikasi dalam organisasi itu dapat melampaui batas-batas organisasi itu sendiri. Publikasi-publikasi yang sebenarnya besifat khusus dan terbatas untuk anggota organisasi sering mendapat perhatian dari publik (orang-orang di luar organisasi). 


2.   Jenis Proses Komunikasi Organisasi  
       
       A.     Komunikasi Vertikal

Bentuk jaringan komunikasi vertikal terdiri atas vertikal dari atas (upward) dan dari bawah (downward). Dalam komunikasi vertikal, pesan bergerak sepanjang saluran vertikal melalui dua arah, dari atas dan dari bawah.

Apabila kita menganalogikan dengan air terjun dan air muncrat maka air terjun akan mengalir dari atas dan mengalir ke bawah menjangkau wilayah yang sangat luas, sedangkan air yang muncrat dari bawah akan naik sebatas kemampuannya dan turun lagi secara sporadis tidak teratur. 

  • Komunikasi Vertikal dari Bawah 
Diibaratkan dengan air yang muncrat ke atas melambangkan sautu sistem komunikasi yang relatif lebih terbuka. Sistem ini memungkinkan struktur bawah lebih berpatisipasi terhadap organisasi terhadap leluasa. Misalnya dapat menerima, menampung bahkan mengolah dan mengambil keputusan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Model jaringan komunikasi formal seperti itu diwakili oleh konsep desentralisasi organisasi . 
  • Komunikasi Vertikal dari Atas
Menunjukkan bahwa para pimpinan lebih banyak mengalirkan infromasi ke bawah melalui saluran komunikasi formal dengan kekuatan dan kekuasaan serta kewenangan yang sangat besar untuk menjangkau banyak orang. Sebaliknya para pekerja dari bawah dengan saluran yang sama akan mengalami kesukaran mencapai banyak orang yang berada di atas. Model pendekatan ini lebih mekanistik, sang pemimpin bertindak otoriter hingga keputusan berada pada tangan pimpinan puncak. Model jaringan komunikasi formal seperti itu diwakili oleh konsep dekonsentrasi organisasi.   

B. Komunikasi Horisontal 

Pola komunikasi horisontal biasa dilakukan di antara anggota yang berada pada strata hierarki yang sama. Kesamaan itu disebabkan oleh karena mereka mempunyai kedudukan, wewenang yang setara. Prinsip komunikasi yang horisontal mengandalkan solidaritas atau kesejawatan, bentuk komunikasi yang demikian sering disebut pola komunikasi yang bersifat lateral.
Operasi komunikasi horisontal biasa berbentuk formal dan juga informal, yang berhubungan dengan masalah kedinasan maupun privat. Banyak manajer yang hendak mencapai sukses selalu mengandalkan atau menggunakan komunikasi horisontal.


C. Komunikasi Diagonal atau Silang

Komunikasi diagonal biasa dilakukan di antara dua orang atau lebih yang berbeda strata dan berbeda sumber struktur. Komunikas seperti ini, yang dari kepustakaan lain, disebut komunikasi infromal dilakukan karena ada hubungan kerja fungsional. 

   3. Implikasi Manajerial
 
Adalah suatu perencanaan Manajerial yang ditujukan untuk membangun organisasi yang lebih matang ke depannya. Kemudian semakin terasa manfaat dan kepentingannya bagi anggota-anggota yang terlibat dalam organisasi tersebut dan juga orang-orang yang tidak terlibat dalam organisasi. Suatu implikasi manajerial memang sangat penting untuk dijalankan pada setiap organisasi yang beredar di lingkungan masyarakat, kerana bisa dijadikan sebagai bahan penelitian dan masukan supaya bisa menentukan apa yang akan dijalankan pada sebuah organisasi untuk kedepannya. Dan juga untuk membangun manajerial yang lebih profesional atau lebih kuat ke depannya.  


DAFTAR PUSTAKA : 

DR. ALO, LILIWERI, 1997,  SOSIOLOGI ORGANISASI, PT. CITRA ADITYA BAKTI, BANDUNG.

DRS. IG, WURSANTO, 2002,  DASAR-DASAR ILMU ORGANISASI, ANDI YOGYAKARTA, YOGYAKARTA.